Senin, 11 Januari 2016

DIKLAT RAGUNAN

DIKLAT RAGUNAN

Sekolah Atlet Ragunan adalah sebuah lembaga pendidikan atlet yang didirikan pada 1976 dan diresmikan pada 15 Januari 1977 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX[1], pada era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Sekolah ini berada di dalam kompleks Gelanggang Olahraga Ragunan. Ali Sadikin mendapatkan ide untuk mendirikan sekolah ini setelah berkunjung ke Sports Centre di Mexico City, Mexico pada 1972[1]. Jenjang pendidikan yang diselenggarakan yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa Sekolah SMP/SMA Negeri Ragunan Berasal dari : KEMENPORA, PPLP DKI Jakarta dan Pengurus Besar Olahraga di Indonesia.

Suatu hari ketika melakukan kunjungan kerja ke negara Meksiko pada 1972, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, menyempatkan diri mendatangani Sports Centre di Mexico City. Setelah mengamati pusat pelatihan dan pengembangan olahraga, Gubernur yang banyak melakukan banyak perubahan dalam pengembangan Jakarta menjadi kota metropolitan itu tercetus ide untuk membuat tempat serupa di Jakarta.

Empat tahun kemudian Ali Sadikin membangun Sekolah Atlet Ragunan yang kemudian diresmikan pada 15 Januari 1977 oleh Wakil Presiden kala itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sekolah tersebut berada di dalam kompleks Gelanggang Olahraga Ragunan, tidak jauh dari Kebun Binatang Ragunan yang telah berdiri lebih dulu sejak 1966. Bagi sebagian masyarakat, wilayah Ragunan memang lebih identik dengan kebun binatang yang hampir setiap minggu selalu ramai didatangi pengunjung, apalagi saat masa liburan Ragunan akan penuh sesak.
Sejarah Kebun Binatang Ragunan sendiri tidak dapat dipisahkan dari kebun binatang pertama di Indonesia yang dibangun pada 1864 di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, dengan nama Planten En Dierentuin yang berarti Tanaman dan Kebun Binatang. Pada akhirnya kebun binatang pemberian dari Raden Saleh itu pindah tempat setelah pada 1964 Pemerintah DKI menghibahkan tanah sekitar tiga puluh hektar untuk menjadi rumah bagi para satwa. Butuh waktu dua tahun pembangunan rumah satwa, dan pada 22 Juni 1966 Kebun Binatang Ragunan diresmikan oleh Ali Sadikin.
Kontur perhutanan di Ragunan membuat wilayah tersebut terasa sangat sejuk, termasuk di GOR (Gelanggang Olahraga). Saat berada di lokasi tersebut, terkadang saya tidak sadar masih berada di kota Jakarta. Memang tempat dan udaranya berbeda dengan wilayah Jakarta lainnya yang penuh dengan polusi. Maka dari itu GOR Ragunan cukup layak untuk sekedar mencari keringat pada pagi atau sore hari.

Kembali ke Sekolah Atlet Ragunan, dalam perjalannnya Diklat Ragunan banyak melahirkan atlet top yang mampu mengharumkan nama bangsa di kancah olahraga internasional. Pasangan peraih medali emas Olimpiade 1992 di Barcelona cabang bulu tangkis Alan Budikusuma dan Susy Susanti lahir dari gemblengan di Diklat Ragunan. Begitu juga juara dunia bulu tangkis 1983, Icuk Sugiarto.
Masih ada lagi pebulu tangkis Lius Pongoh, lantas petenis yang pernah menempati ranking 19 dunia, Yayuk Basuki, juga muncul dari Sekokah Atlet Ragunan. Begitu pun pepanah Nurfitriyana Saiman yang menyumbang medali pertama untuk Indonesia di Olimpiade bersama Lilies Handayani dan Kusuma Wardani pada Olimpiade 1988 di Seoul.

Di dunia sepak bola, Diklat Ragunan juga banyak menghasilkan pemain bagus dari generasi ke generasi yang bermain di top level sepak bola Indonesia seperti penjaga gawang Arema Malang Kurnia Meiga, pemain tengah Persipura Jayapura Rubben Sanadi dan Ian Lois Kabes, pemain Persib Bandung Abdul Rahman, serta pemain Persija Ramdani Lestaluhu. Dari generasi sebelumnya ada Sudirman, Samsidar, dan masih banyak lagi.

 Saat ini Diklat Ragunan bisa dikatakan kurang memadai kembali untuk menggembleng calon atlet nasional karena banyak tempat latihan yang membutuhkan perhatian khusus.

Untuk itu saran saya ialah :
1.      Adanya ajang kejuaraan yang dapat diikuti para atlit sebagai jam terbang dalam melatih ketangkasan lomba di sesuai bidangnya masing-masing
2.      Dengan upgrade sarana fasilitas pendukung penunjang latihan untuk meningkatkan kemampuan skill masing-masing atlet sehingga dapat bersaing dengan Negara lain yang perkembangannya sudah melebihi Indonesia
3.     Para atlet diberi penunjang dukungan pemerintah berupa support pelatihan dan biaya selama karantina atop roses pelatihan berlangsung.
4.  Adanya promosi atau pengenalan tentang diklat ragunan ke masing-masing daerah di indonesia sehingga masyarakat luat dapat lebih mengenal dan terjaring calon-calon atlet yang berkualitas.
5.      Adanya jenjang jangka panjang yang dapat dijanjikan oleh pemerintah kepada mantan atlet sehingga dapat merekrut banyak lagi calon-calon atlet sehingga menjanjikan masa depan yang lebih baik dengan karir sebagai atlit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar