Minggu, 20 Maret 2016

My Boss Not My Hero



Saya seorang pekerja di sebuah perusahaan textile di daerah Padalarang. Saya bekerja sudah hampir 4 tahun. Saat ini saya menjabat sebagai Staff IT dengan level Junior Staff. Tapi yang akan saya ceritakan bukan pekerjaan saya ini melainkan pekerjaan sebelum saya bekerja di perusahaan saat ini.
Saya lulus sekolah tahun 2008, dan ketika itu saya melamar ke berbagai macam perusahaan yang bergerak di bidang IT, mulai dari supplier hardware, software house dan provider internet. 3 kali interview sudah saya lewati namun tidak ada yang lolos. 1 Minggu tepat sebelum saya wisuda saya mendapat panggilan interview dari perusahaan provider internet dan inilah yang menjadi tempat bekerja saya saat itu.

Tepat setelah wisuda saya mulai bekerja di perusahaan provider internet tersebut. Jabatan saya masih sebagai technical support dengan jobdesk sebagai teknisi bagian instalasi wireless ke pelanggan hal tersebut berlangsung selama 1 tahun. Tahun kedua saya dipindahkan ke bagian system dengan jabatan sebagai heldesk system dengan jobdest menerima complain pelanggan dan perbaikan scara system juga pengadaan konfigurasi server router pelanggan. Disitulah saya mulai berkomunikasi langsung dengan atasan saya yang saya sebut bos yang bernama Bapak Reza.


Awal bekerja di Helpdesk sunggu berat karena kita dituntut untuk dapat menghandle customer dengan berbagai jenis karakter dan kita harus menguasai materi tentang system networking sebagai langkah troubleshooting, hingga ada istilah dilarang berkata “Tidak Tahu” jika ada customer yang menanyakan tentang sistem. Helpdesk ini dipimpin oleh manager yaitu Bapak Reza. Awal saya eskalasi dengan beliau sungguh susah karena beliau orang yang sangat tegas dan tidak bertele-tele atau berbasa basi. Jika kita ingin menanyakan sesuatu harus jelas apa masalahnya karena jika tidak bisa-bisa malah kita kena marah beliau dan itu sangat sering terjadi. Jika beliau pernah memberi informasi tentang suatu sistem maka beliau tidak akan mengajarkan untuk yang keduakalinya, maka dari itu saya team helpdesk memiliki catatan seperti sekolah dahulu yang berisi tentang materi. Dengan hal tersebut saya hampir menyerah dan sudah merasa jenuh dengan lingkungan kerja karena susah sekali untuk menikmati pekerjaannya jika ingin pergi kerja yang diingat adalah complainan pelanggan yang sangat banyak dan pasti mereka telepon dengan marah-marah, belum lagi sistem shift yang sangat melelahkan bahkan ketika tidurpun kadang kita ditelepon oleh rekan helpdesk lain yang menanyakan tentang complain gangguan yang terjadi ketika shift kita berlangsung.

Namun yang paling membuat tidak betah ialah sistem eskalasi atau pengajaran manager yang membuat kita segan, takut, deg-degan, berlebihan dan tidak nyaman. Cara beliau mengajarkan seperti yang sudah diceritakan sebelumnya ialah pertama beliau hanya mengajarkan satu kali tanpa diulang. Ditambah lagi beliau memerintahkan kita untuk membuat materi tentang apa yang diajarkan beliau kedalam dokumen online (pbworks). Lalu kedua jika beliau memberi tugas untuk mencoba sistem atau teknologi terbaru beliau hanya mennyampaikan nama sistemnya saja lalu beliau menyuruh coba cari di google, lalu coba, jika ada masalah atau error coba cari di google lalu coba lagi dan jika masih ada error coba dicopy lalu sampaikan kepada beliau. Saya berfikir bagaimana kita mau menjalankan sistem jika kita tidak diajarkan cara nya yang benar untuk menjalankannya. Dan yang ketika saya diwajibkan menulis segala sesuatu yang saya lakukan sama seperti diari lengkap beserta jamnya, lalu laporan tersebut dikirim via email ke beliau setiap hari, dan juga dalam penulisan email saya harus formal menggunakn dengan hormat, best regards, huruf besar kecilnya diperhatikan dan titik serta komanya pun harus diperhatikan. Kadang saya sering berfikir kenpa sistem yang berjalan begitu menyulitkan seharnya saya helpdesk diberi kemudahan akses karena saya yang menfilter antara customer dan pihak office, jika saya kesulitan dalam troubleshooting maka yang rugi pun ya kantor. Dan hal tersebut berjalan selama bertahun-tahun, seiring dengan lamanya saya di helpdesk sayapun menjadi terbiasa.



Tahun keempat saya putuskan pindah dari perusahaan tersebut ke perusahaan saya sekarang ini, bukan karena sistem atasan yang membuat saya tidak nyaman tetapi memang karena sistem shift yang tidak menunjang di kegiatan perkuliahan saying saya ambil saat ini. Ketika saya mulai bekerja diperusahaan sekarang ini saya langsung merasakan betapa mudah dengan jobdesk saya sekarang ini dan tidak begitu sulit tidak seperti di perusahaan sebelumnya. Namun darisitu saya baru menyadari bahwa Perushaan dan khususnya manager (bos) saya lah yang telah memberikan saya banyak sekali pelajaran, dan pengalaman. Sistem yang manager saya terapkan yang membuat saya tidak nyaman justru itulah yang sangat besar sekali membawa perubahan bagi saya. Beliau mengajarkan saya bagaimana untuk menjadi orang yang biasa memecahkan masalah sendiri tanpa harus selalu meminta jwaban dari orang yaitu dengan sistem yang beliau ajarkan dengan selalu googling coba googling dan coba kembali. Beliau mengajarkan saya untuk menjadi orang yang sistematis dan perfectsionis yaitu dengan ajaran selalu memperhatikn hal kecil dalam penulisan email, membuat suatu tutorial materi dan cara gaya bahasa formal kepada customer dan yang paling besar ialah beliau mengajarkan saya tentang disiplin waktu dengan sistem beliau yang mengajarkan untuk membuat diary pekerjaan setiap yang kita kerjakan perjamnya. Oleh karena itu menurut saya My Bos Not My Hero but He’s My Second Father karena beliau yang membentuk karakter saya dalam pekerjaan sampai saat ini dan sangat berguna sekali dalam pekerjaan yang saya terapkan. Mungkin beliau terkesan tegas bahkan menyebalkan tapi itulah karakter cara beliau mengajarkan kepada saya. Saying ketika saya pamitan dari tempat kerja yang lama, beliau sedang tidak masuk kerja jadi saya hanya berpamitan lewat sms saja. 
Sekali lagi Terimakasih Bapak Reza.